cover
Menjadi Profesional NRW Berkompetensi

Flyer Seminar Pelatihan NRW (Konten Instagram)

Pertumbuhan penduduk yang pesat, terutama di negara-negara berkembang merupakan tantangan bagi penyedia air minum yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam memenuhi kebutuhan air untuk masyarakat. Hal ini diperburuk dengan pengelolaan distribusi air yang tidak efisien sehingga air yang telah didistribusikan tidak sampai ke pelanggan.


Fenomena ini menyebabkan perbedaan antara jumlah air terdistribusi dengan jumlah air yang digunakan pelanggan dan disebut sebagai NonRevenue Water (NRW) (Lambert, 2003). Pada tahun 2021, rata-rata tingkat NRW secara nasional sebesar 33,72% dan persentase ini masih lebih besar dibandingkan target NRW
pada RPJMN sebesar 30%.  
Kegagalan PDAM dalam menyediakan kebutuhan air yang
memadai kepada pelanggan dikarenakan banyak faktor, termasuk tingginya NRW dalam sistem distribusi (Baietti dkk., 2006). NRW merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hilangnya potensi pendapatan dan peningkatan biaya produksi pada kegiatan penyediaan air (AlWashali dkk., 2016).

Tiga komponen NRW yang tidak dapat menjadi pendapatan perusahaan adalah kehilangan air fisik, kehilangan air komersial, dan konsumsi resmi tak berekening (AWWA, 2003). Setiap penyedia air minum bisa saja memiliki cara perhitungan NRW yang berbeda-beda. Saat ini, banyak PDAM yang telah melakukan pengelolaan NRW yang didasarkan dengan ilmu
pasti, berbeda dengan puluhan tahun yang lalu pengelolaan NRW dilakukan dengan cara menebak (Liemberger, 2010). Namun, masih banyak PDAM yang memiliki NRW yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan beberapa masalah seperti banyaknya definisi yang digunakan, tidak adanya pengukuran yang standar, perbedaan terminologi dan indikator. Akibatnya, definisi tentang NRW pun beragam (Kementerian Pekerjaan Umum, 2009).

Tantangan standarisasi ini adalah menyepakati definisi standar untuk
komponen-komponen neraca air untuk menghasilkan definisi terminologi dan indikator yang sama dan memungkinkan dilakukannya benchmarking antara PDAM satu dengan yang lain. 

Dalam bimbingan teknik yang diselenggarakan YPTD PAMSI untuk menjadi profesional Ahli NRW yang berkompetensi, maka Peserta tidak hanya dilatih tentang cara penanganan NRW dilapangan (menginvestigasi kebocoran, kehilangan air komersial), DMA, dan step-test, tetapi bagaimana memahami prinsip-prinsip NRW, mengantisipasi kemungkinan terjadinya NRW, sumber data NRW, pengintegrasian data, serta kemampuan membaca data untuk menentukan strategi penanggulangan NRW sesuai dengan kondisi dilapangan, termasuk bagaimana menghitung kerugian akibat NRW.

Masing-masing peserta diwajibkan membawa laptop dan data NRW.